Forum Silaturahmi Alumni Rohis SMA N 6 Purworejo

Kamis, 06 Juli 2017

Dipuji Orang

Ketika kita dipuji, katanya ada doanya… tolong tulisakan hadisnya dari Nabi saw… trim’s  

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam kajian seputar raqaiq (membangun kelembutan hati), kita selalu diajarkan bahwa tidak ada pujian yang berarti selain pujian Allah. dan tidak ada celaan yang berarti, selain celaan dari Allah. karena Dia-lah Dzat yang mengetahui kondisi hamba-Nya lahir bathin.
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Jangan kalian memuji-muji diri kalian sendiri, karena Dia-lah yang paling tahu siapa yang bertaqwa.” (QS. an-Najm: 32)
Karena itulah, seorang mukmin akan lebih memperhatikan kondisi bathinnya dibandingkan penilaian orang lain. Manusia hanya bisa menilai lahiriyah, sementara kondisi bathin mereka buta.

Doa ketika Dipuji

Kami tidak mengetahui adanya doa khusus dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika kita mendengar pujian orang lain. Hanya saja ada riwayat dari sahabat yang membaca doa berikut ketika dia berdoa.
Dari Adi bin Arthah –rahimahullah – (seorang ulama Tabi’in) beliau bercerita,
كان الرجل من أصحاب النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا زُكِّي، قال
“Dulu ada seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang apabila dia dipuji mengucapkan,
اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ
“Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku.”
Doa ini diriwayatkan Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 761) dan sanadnya dishahihkan al-Albani. Juga al-Baihaqi dalam Syua’abul Iman (4/228).
Doa ini menunjukkan bahwa sahabat adalah manusia yang jauh dari karakter bangga dengan pujian manusia. Bahkan mereka mengakui kekurangan yang mereka miliki, yang itu tidak diketahui orang yang memuji.
Dengan ini akan menghalangi kita dari potensi ujub.
Dengan ini pula kita akan lebih mudah mengakui kekurangan kita.
Allahu a’lam.


Sumber: https://konsultasisyariah.com/29694-doa-ketika-dipuji-orang.html

Selasa, 30 Mei 2017

Dakwah Menyinggung Perasaan?

Source: picswalls

Bagaimana cara berdakwah agar tidak menyinggung perasaan? Trim’s, itu saja.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Tujuan besar Allah mengutus para nabi adalah sebagai basyir wa nadzir. Pemberi janji kabar gembira bagi yang melakukan ketaatan dan pemberi ancaman bagi yang
Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)
Mengingat tujuan dakwah di atas, kita bisa menyimpulkan fungsi dakwah ada 3:
[1] Mendukung dan mengajarkan yang benar
[2] Meluruskan yang salah
[3] Menghalangi terjadinya kebatilan
Dan tentu saja tidak semua manusia menerimanya. Bahkan kebanyakan manusia terkadang menolaknya. Karena aturan syariat, tidak harus selalu sejalan dengan keinginan manusia.
Allah berfirman mengingatkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
Jika kamu menuruti keinginan mayoritas penduduk bumi, mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (QS. al-An’am: 116).
Karena itulah, terkadang dakwah yang disapaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyinggung perasaan para musuh beliau. Bahkan banyak diantara mereka ada yang nantang dan melawan. Meskipun nurani sejatinya menerima kebenaran itu.
Allah berfirman,
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِي يَقُولُونَ فَإِنَّهُمْ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآَيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ
“Sesungguhnya Aku mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya tidak mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. al-An’am: 33).
Bahkan diantara mereka, karena saking tersinggungnya, hingga mereka marah. Seperti yang dialami orang munafiq. Allah menceritakan,
وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (QS. Ali Imran: 119).
Jadi dakwah memang harus menyinggung perasaan. Jika tidak, semua akan hambar, tidak ada rasa. Di situlah terjadi gejolak, dan di situlah akan ada respon. Antara menerima atau menolak.

Menyinggung Tidak Berarti Kasar

Menyinggung perasaan dan bersikap kasar, dua hal yang berbeda. Bersikap kasar dan keras, secara umum tidak dianjurkan dalam islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
Setiap kelembutan ketika berada pada semua urusan, pasti dia akan menjadi penghias. Dan jika dicabut kelembutan itu, pasti akan membuat semakin buruk. (HR. Muslim 6767).
Jaga baik-baik emosi, agar kita bisa menyampaikan dengan penuh kelembutan. Kalaupun itu akan menyinggung perasaannya, tidak jadi masalah. Karena memang dakwah harus sampai di perasaan. Jika tidak, dakwah tidak akan ada pengaruhnya.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Yuk kunjungi juga https://konsultasisyariah.com